Kewajiban Kita terhadap Perintah Allah

Kita hidup di dunia ini pasti mendapatkan perintah dari Allah. Allah memerintahkan kita untuk melakukan perkara yang Allah ridhai dan Allah memerintahkan kita untuk menjauhi perkara yang Allah tidak sukai. Mengapa demikian? Jawabannya: Karena Allah menciptakan kita tidak untuk bermain-main. Jawabannya: Karena Allah yang menciptakan kita tidak membiarkan kita terlantar.

Allah berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Maka apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian mainmain dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? (115) Maka mahaTinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.” (al-Mu’minun: 115-116)

Allah juga berfirman:

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan terlantar begitu saja?” (al-Qiyamah: 36)

Di dalam ayat di atas, firman Allah “dibiarkan terlantar” ada yang menafsirkan dengan tidak diperintah dan tidak dilarang. Ada juga yang menafsirkan dengan tidak dibangkitkan.

Ibnu Katsir mengatakan bahwa secara dhahir ayat tersebut mencakup dua keadaan tersebut, yaitu maknanya manusia tidak dibiarkan terlantar di dunia ini tanpa diperintah dan dilarang, serta tidak dibiarkan terlantar di kuburnya tanpa dibangkitkan.1

Ketika kita mengetahui realitanya demikian, maka penting bagi kita untuk mengetahui apa saja kewajiban kita terhadap apa yang Allah perintahkan kepada kita. Ulama menyebutkan bahwabagi setiap muslim ada tujuh kewajiban yang harus ia lakukan terhadap apa yang Allah perintahkan.Apa ketujuh kewajiban itu? Tujuh kewajiban itu adalah:

Pertama : Mengilmui perintah Allah. Kedua: Mencintainya. Ketiga: Bertekad untuk melaksanakannya. Keempat: Melaksanakannya. Kelima: Dilaksanakan dengan ikhlas dan benar. Keenam: Menjauhi perbuatan yang menggugurkan pahalanya. Ketujuh: Istiqomah di atasnya.2

Pertama: Mengilmui Perintah Allah

Kewajiban pertama bagi kitaterhadap perintah Allah adalah kita mempelajari apa yang Allah perintahkan kepada kita dan mengilmuinya. Misalnya, ketika kita diperintahkan Allah untuk mentauhidkanNya maka kewajiban pertama kita terhadap perintah itu adalah kita mempelajari apa itu tauhid dan bagaimana cara merealisasikannya. Demikian pula ketika Allah merintahkan kita untuk menjauhi syirik, maka kewajiban pertama kita terhadap perintah itu adalah mempelajari apa itu syirik dan bagaimana cara kita menjauhinya.

Kedua: Mencintainya

Allah tidak memerintahkanmanusia untuk melakukan sesuatu melainkan kebahagiaan dan keberuntungan manusia ada di dalam melakukan sesuatu tersebut. Dan tidaklah Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi sesuatu melainkan dalam sesuatu tersebut terdapat keburukan dan bencana baginya. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba mencintai apa yang Allah perintahkan kepadanya. Dan hendaknya pula seorang hamba berhati-hati dari memiliki kebencian terhadap perintah Allah. Dikarenakan membenci perintah Allah dapat menggugurkan pahala amal yang telah dilakukan. Allah berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

“Yang demikian itu karena mereka membenci apa yang Allah turunkan sehingga Allah menghapus segala amal mereka.” (Muhammad: 9)

Ketiga: Bertekad untuk Melaksanakannya

Kewajiban kita yang ketigaterhadap perintah Allah adalah kita bertekad untuk melaksanakan perintah Allah. Ketika kita mengetahui Allah memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, maka kita bulatkan tekad di dalam hati untuk melaksanakannya.

Keempat: Melaksanakannya

Ketika kita telah mengilmui apa yang Allah perintahkan, kita telah mencintainya, dan kita telah membulatkan tekad untuk melaksanakannya, maka hendaknya kita laksanakan perintah itu, kita bersegera mengamalkannya dan kita berhati-hati dari menunda-nunda pelaksanaanya.

Kelima: Dilaksakan dengan Ikhlas dan Benar

Amal ibadah apabila dilakukan dengan tidak ikhlas karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah. Demikian pula, apabila amal tersebut dilakukan tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah tidak akan diterima oleh Allah. Tidak akan diterima amal ibadah yang dilakukan, kecuali apabila dilakukan dengan ikhlas dan sesuai denganpetunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Keenam: Menjauhi Perbuatan yang Menggugurkan Pahalanya

Terdapat perbuatan-perbuatanyang dapat menggugurkan pahala amal kebaikan yang telah dilakukan. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh al-Quran dan sunnah. Diantara perbuatan itu adalah riya’ , melakukan amal karena tujuan dunia, sum’ah, dan lain sebagainya. Maka wajib bagi setiap muslim yang telah mengamalkan amal ibadah untuk berhati-hati dari perbuatan yang bisa menghapus pahala kebaikannya.

Ketujuh: Istiqomah di Atasnya

Kita berusaha untuk istiqamah dalam melaksanakan perintah Allah dan kita meminta kepada Allah supaya Allah menolong kita untuk istiqomah.

Inilah tujuh kewajiban bagi setiap muslim terhadap perintah Allah. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk menunaikannya.


1 Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/283)

2 Lihat ad-Duror as-Saniyyah Fi al-Ajwibahan-Najdiyyah, jilid 2 hal. 74-75, cetakan ketujuh tahun 1425 H.